MENGAPA SAYA PERLU MUSIBAH?

>> Thursday, December 24, 2009

Kebanyakan dari kita pernah belajar bagaimana berubah. Akan tetapi, berubah bukan suatu hal yang mudah. Jadi, kita tetap melakukan apa saja yang selalu kita lakukan sampai akhirnya jalan buntu yang kita hadapi. Ambil contoh kesehatan. Kapan kita mengubah pola diet dan bersedia berolahraga? jawabannya kalau kita sudah jatuh sakit dan dokter mengatakan, "kalau kamu tidak mengubah gaya hidupmu, nyawamu melayang!". Ya, baru setelah itu kita termotivasi, bukan?
Dalam hubungan dengan orang-orang dekat, kapan biasanya kita menyatakan terus terang betapa sayangnya kita kepada keluarga, misalnya? Ketika perkawinan terancam perceraian, atau ketika keluarga telah berantakan!

Kapan biasanya berdo'a? Kalau hidup kita kacau! "Tuhan Yang Maha Besar, hamba-MU sadar, hamba belum pernah berdo'a lagi sejak hidup senang..."

kita selalu saja mempelajari hal-hal terbaik ketika segalanya memburuk. Kapan kamu mengambil keputusan terpenting dalam hidup? Saat berlutut setelah musibah menimpa, setelah punggungmu dipukul, setelah kepalamu ditendang. Itulah saat kita berada pada diri sendiri, "Saya bosan pailit, bosan ditendang sana-sini. Bosan hidup cukupan, saya harus bertindak!". Kesuksesan kita rayakan, tetapi kita justru tidak belajar banyak dari kesuksesan. Kegagalan menyakitkan, tetapi justru kita belajar darinya. Dalam berinstrospeksi, kita biasanya menemukan hikmah dari musibah.

Orang-orang yang efektif tidak mencari masalah. Namun ketika terbentur pada suatu masalah, mereka bertanya sendiri, "Apakah saya perlu mengubah pikiran dan pekerjaan?". Sebaliknya, yang menjadi pecundang mengabaikan tanda-tanda peringatan. Barulah saat atap rumah runtuh, para pecundang bertanya, "Mengapa musibah ini menimpa saya?".

Kita ini makhluk yang memiliki kebiasaan. Terus mengerjakan yang selalu kita kerjakan hingga terpaksa mengubah kebiasaan.

Si A baru saja ditinggal pacarnya Si B, Karena sakit hati, Si A mengurung diri di dalam kamar tidurnya selama seminggu. Akhirnya dia mulai menelepon sahabat-sahabatnya dan mempunyai banyak teman baru. Dia kemudian pindah rumah dan pekerjaan. Dalam waktu enam minggu dia tampak lebih ceria dan percaya diri daripada waktu-waktu sebelumnya. Dia berani merenungkan kembali bahwa putusnya hubungan dengan si B sebagai hal terbaik dalam hidupnya.

Contoh lain, Si C dipecat. Karena tidak berhasil juga memperoleh pekerjaan, dia berwiraswasta kecil-kecilan. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia menjadi boss dan memperoleh pekerjaan yang betuk-betul diinginkan. Tentu saja dia tetap menghadapi proble, tetapi hidupnya berubah dan menyenangkan.

Jadi, apakah Hidupadalah serangkaian nusibah yang menyakitkan? Tidak begitu. Alam selalu mendorong kita dengan sinyal-sinya halus. Kalau kita mengakibatkan sinyal itu , palu godam benar-benar akan menghantam kita. Pertumbuhan sangat menyakitkan kalau kita menentangnya

Ikuti Kata Hatimu oleh Andrew Matthews

0 comments:

Email Subscriptions

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner


free counter

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP