RENUNGAN AKHIR TAHUN
>> Friday, December 25, 2009
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tanpa dinyana kita sudah berada di penghujung tahun dan bersiap-siap memasuki tahun yang baru. Secara deret hitung bertambah satu lagi umur kita, namun secara fisik(jasmaniah) justru berkurang satu.
Waktu berjalan sangatlah cepat, seakan-akan belumlah terlalu lama pergantian tahun sebelumnya namun sekarang kita sudah akan menghadapi pergantian tahun berikutnya. Bila kita tambahkan satu dari umur kita sekarang, terbersit jawaban dalam benak - bertambah tua aku kini. Teringat waktu semasa kanak-kanak dulu, begitu mengharapkan untuk segera besar dan menjadi seorang pemuda, dan begitu menjadi pemuda berharap lagi untuk menikah dan menjadi orang tua.
Begitulah waktu ia akan tetap berjalan sebagaimana kehendak-NYA, terus berputar pada porosnya tiada sedikit pun abai atau lelah. Jadi tinggal kita sekarang mau bersinergi dengan memanfaatkannya sebaik mungkin atau malah lalai.
Dalam bukunya yang sangat terkenal "La Tahzan", DR. 'Aidh al-Qarni menulis tentang masa lalu yang buruk. "Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi."
Masa lalu adalah masa lalu dan tidak akan pernah bisa kembali lagi namun bukan berarti kita mencampakkannya begitu saja, masa lalu adalah bagian dari sejarah kita. Berinstrospeksi diri melihat setahun ke belakang, apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita alami, hasil apa saja yang telah kita capai dan apa yang belum tercapai sebagaimana yang telah kita rencanakan pada tahun sebelumnya, baik bagi diri sendiri, keluarga juga lingkungan. Ambil hikmah dari ketidakberuntungan dan pertahankan hal-hal baik bila perlu lebih ditingkatkan lagi untuk masa yang akan datang.
Masa depan memanglah masih samar dan gaib bagi kita. Kita tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang akan kita dapatkan di masa depan. Namun bukan berarti kita bersikap apatis tetap siapakan rencana-rencana baik yang akan kita lakukan dengan berkeyakinan bahwa hari esok harus lebih baik daripada hari ini.
"Dalam syariat, memberi kesempatan pada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam keccemasan-kecemasan yang baru diduga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu berlebihan). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang." (La Tahzan)
Biarkan hari esok datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petaka darinya. Selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan dan bermunajat untuk senantiasa berada pada jalan yang lurus pada masa yang akan datang. Baca selanjutnya...